PERUBAHAN PH VAGINA SEBELUM DAN SESUDAH PEMAKAIAN AIR REBUSAN DAUN SIRIH PADA WUS DI DESA ROWOTAMTU

Latar Belakang: Wanita di Indonesia rentan mengalami keputihan karena cuaca lembab yang
memudahkan pertumbuhan jamur. Keputihan juga dapat terkait dengan peningkatan pH vagina dan
perubahan sekret. Keputihan menyebabkan keluarnya cairan mirip nanah, terkadang disertai rasa
gatal, bau tidak sedap, dan warna kehijauan. Data WHO (2017) menunjukkan bahwa 33% beban
penyakit wanita global terkait kesehatan reproduksi yang buruk, dan data BKKBN (2014)
menunjukkan 45% wanita usia subur di Jawa Timur mengalami keputihan karena berbagai faktor.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pH vagina sebelum dan sesudah
pemakaian air rebusan daun sirih pada WUS di Desa Rowotamtu. Metode: Jenis Penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan Desain penelitian quasi-experimental menggunakan one group
pretest posttest Design. Populasi penelitian ini adalah 35 WUS yang ada di Desa Rowotamtu.
Sampel penelitian berjumlah 32 WUS diambil dengan cara Simple Random Sampling. Instrumen
penelitian menggunakan lembar observasi, kertas lakmus, dan analisa data menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil: Hasil penelitian sebelum pemakaian air rebusan daun sirih pada
WUS, 23 responden 71,9% memiliki pH vagina basa lemah dengan mean 8,34. Sesudah
pemakaian air rebusan daun sirih berkurang menjadi 5 responden 15,6% dengan mean 6,13 dengan
selisih 2,21 dan didapatkan p value= 0,000 < (α = 0,05 ) Maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan: ada perubahan penurunan pH vagina pada WUS sesudah pemakaian air rebusan
daun sirih di Desa Rowotamtu. Diskusi: Pemakaian air rebusan daun sirih bisa merubah ph
vagina pada WUS dengan memakai air rebusan daun sirih 350ml dua kali sehari selama 7 hari.