GAMBARAN KETEPATAN DOSIS OBAT ANTIDIABETIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI

Marini, Sivi Richa (2025) GAMBARAN KETEPATAN DOSIS OBAT ANTIDIABETIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI. Other thesis, Universitas dr. SOEBANDI.

[thumbnail of Abstrak Sivi.pdf] Text
Abstrak Sivi.pdf

Download (271kB)

Abstract

Latar Belakang: Ketepatan dosis obat merupakan aspek penting dalam terapi farmakologis karena menentukan tercapainya efek terapi yang optimal tanpa menimbulkan efek samping. Pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2), ketepatan dosis antidiabetik oral (ADO) sangat diperlukan mengingat variasi kondisi klinis, perbedaan fungsi organ, serta risiko komplikasi akibat dosis yang tidak sesuai. Dari penelitian yang dilakukan oleh (Ananda, 2023) di Rumah Sakit Swasta Banjarmasin bahwa sebanyak 90,20% indikator tepat dosis dan sebanyak 9,80% tidak tepat dosis. Ketidaktepatan dosis karena pemberian dosis yang terlalu tinggi, khususnya pada obat dengan indeks terapeutik yang sempit, dapat menimnulkan efek samping yang tinggi.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi penggunaan obat dan ketepatan dosis obat antidiabetik oral pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Sempu.
Metode: Penelitian ini merupakan deskriptif retrospektif dengan teknik total sampling. Sampel sebanyak 90 pasien diabetes melitus tipe 2 yang menjalani pengobatan di Puskesmas Sempu periode Januari–Desember 2024. Data yang diperoleh melalui rekam medis pasien dan akan dianalisis secara deskriptif.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 pasien diabetes melitus tipe 2, penggunaan obat antidiabetik oral paling banyak adalah kombinasi glimepiride dan metformin dengan frekuensi 2 kali sehari (38%). Pada terapi tunggal, glimepirid 2 mg satu kali sehari merupakan obat yang paling sering digunakan (24%). Penggunaan metformin sebagai monoterapi ditemukan pada 13% pasien dengan frekuensi 1–3 kali sehari, sedangkan glibenclamide hanya digunakan oleh 1% pasien. Secara keseluruhan, terapi kombinasi lebih banyak diberikan dibandingkan terapi tunggal dalam penelitian ini.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa kombinasi glimepiride dan metformin merupakan terapi yang paling banyak digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2, sementara glimepirid menjadi terapi tunggal yang paling sering dipilih. Penggunaan glibenclamide sangat rendah karena risiko hipoglikemia. Seluruh pasien menerima obat dengan dosis yang tepat, mencerminkan penerapan pedoman terapi yang baik dan mendukung pengendalian glukosa yang optimal.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Depositing User: Unnamed user with email perpustakaan@stikesdrsoebandi.ac.id
Date Deposited: 25 Nov 2025 07:08
Last Modified: 25 Nov 2025 07:08
URI: http://repo.uds.ac.id/id/eprint/2686

Actions (login required)

View Item
View Item